Minggu, 30 Juni 2013

PANCASILA SEBAGAI PARADIKMA PEMBANGUNAN


Kata paradigma berasal dari bahasa Inggris “paradigm” yang berarti model, pola, atau contoh. Paradigma juga berarti suatu gugusan sistem pemikiran, cara pandang, nilai-nilai, metode-metode, prinsip dasar, atau cara pemecahan masalah yang dianut suatu masyarakat tertentu. Pancasila adalah paradigma, sebab Pancasila dijadikan landasan, acuan, metode, nilai, dan tujuan yang ingin dicapai dalam program pembangunan.Pancasila sebagai paradigma pembangunan, artinya Pancasila berisi anggapan-anggapan dasar yang merupakan kerangka keyakinan yang berfungsi sebagai acuan, pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pemamfaatan hasil-hasil pembangunan nasional.
  
Dengan demikian, paradigma sebagai alat bantu para illmuwan dalam merumuskan apa yang harus dipelajari, apa yang harus dijawab, bagaimana seharusnya dalam menjawab dan aturan-aturan yang bagaimana yang harus dijalankan dalam mengetahui persoalan tersebut.Suatu paradigma mengandung sudut pandang, kerangka acuan yang harus dijalankan oleh ilmuwan yang mengikuti paradigma tersebut.

Dengan suatu paradigma atau sudut pandang dan kerangka acuan tertentu, seorang ilmuwan dapat menjelaskan sekaligus menjawab suatu masalah dalam ilmu pengetahuan. Istilah paradigma makin lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi. Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan tujuan.

Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka, acuan, tolok ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan. Dengan demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam melaksanakan segala hal dalam kehidupan manusia.

Pancasila sebagai paradigma dijabarkan dalam pembangunan sehingga proses dan hasil pembangunan sesuai dengan Pancasila. Misalnya :
  • a. Pembangunan tidak boleh bersifat pragmatis, yaitu pembangunan itu tidak hanya mementingkan tindakan nyata dan mengabaikan pertimbangan etis.
  • b. Pembangunan tidak boleh bersifat ideologis, yaitu secara mutlak melayani Ideologi tertentu dan mengabaikan manusia nyata.
  • c. Pembangunan harus menghormati HAM, yaitu pembangunan tidak boleh mengorbankan manusia nyata melainkan menghormati harkat dan martabat bangsa.
  • d. Pembangunan dilaksanakan secara demokratis, artinya melibatkan masyarakat sebagai tujuan pembangunan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kebutuhan mereka.
  • e. Pembangunan diperioritaskan pada penciptaan taraf minimum keadilan sosial, yaitu mengutamakan mereka yang paling lemah untuk menghapuskan kemiskinan struktural. Kemiskinan struktural, adalah kemiskinan yang timbul bukan akibat malasnya individu atau warga Negara, melainkan diakibatkan dengan adanya struktur-struktur sosial yang tidak adil.
 Sebagai paradigma pembangunan, Pancasila mempunyai kedudukan sebagai:
1. Cita-cita bangsa Indonesia
2. Jiwa bangsa.
3. Moral Pembangunan.
4. Dasar negara Republik Indonesia.

CARA MENANAM KELAPA SAWIT


CARA MENANAM KELAPA SAWIT
CARA MENANAM KELAPA SAWIT - cara
CARA-CARA MENANAM KELAPA SAWIT

Ø Sediakan bibit yang berasal dari main nursery pada masing-masing lubang tanam yang sudah dibuat.
Ø Siramlah bibit yang ada pada polybag sehari sebelum ditanam agar kelembaban tanah dan persediaan air cukup untuk bibit.
Ø Sebelum penanaman dilakukan pupuklah dasar lubang dengan menaburkan secara merata pupuk fosfat seperti Agrophos dan Rock Phosphate sebanyak 250 gram per lubang.
Ø Buatlah keratin vertical pada sisi polybag dan lepaskan polybag dari bibit dengan hati-hati, kemudian masukkan ke dalam lubang.
Ø Timbunlah bibit dengan tanah galian bagian atas (top soil) dengan memasukkan tanah ke sekeliling bibit secara berangsur-angsur dan padatkan dengan tangan agar bibit dapat berdiri tegak.
Ø Penanaman bibit harus diatur sedemikian rupa sehingga permukaan tanah polybag sama ratanya dengan permukaan lubang yang selesai ditimbun, dengan demikian bila hujan, lubang tidak akan tergenang air.
Ø Pemberian mulsa sekitar tempat tanam bibit sangat dianjurkan.
Ø Saat menanam yang tepat adalah pada awal musim hujan.

PENDAHULUAN
Kelapa sawit sesuai ditanam di kawasan tanah yang gembur, tanah liat gembur dan tanah gambut (kurang dari satu meter dalam).
Tanah gambut (lebih satu meter dalam), tanah masam dan tanah paya adalah kurang sesuai bagi tanaman kelapa sawit. Walau bagaimanapun dengan pengurusan sistem pengairan dan pembajaan yang sempurna, jenis-jenis tanah ini boleh juga ditanam dengan kelapa sawit dengan jayanya.

PERLAKSANAAN KERJA
Kerja-kerja pembersihan, pembarisan dan penanaman kacang penutup bumi dikawasan ladang hendaklah disempurnakan sebelum menanam anak-anak pokok kelapa sawit.
Pembersihan: Kerja-kerja membersih ladang hendaklah mengambilkira kos bunuh dan jentera, keadaan tanah (curam atau rata), hutan atau kawasan tanam semula.
Adalah penting operasi pembersihan ladang dijalankan serentak dengan masa anak benih dapat diperolehi dari pembekal. Jika mempunyai tapak semaian sendiri, masa penyediaan ladang hendaklah disesuaikan dengan masa mengeluarkan anak benih yang telah cukup matang untuk ditanam diladang. Perancangan jadual kerja adalah amat mustahak untuk kejayaan penanaman diladang.

Pembarisan: Barisan tanaman dibuat mengikut arah Utara-Selatan supaya pokok-pokok mendapat cahaya matahari yang maksima.
Kekacang penutup bumi: Menanam kekacang penutup bumi dilakukan setelah kerja-kerja pembarisan selesai dilaksanakan. (Kawasan gambut tidak perlu tanam kekacang).
Penutup bumi adalah untuk:
Mengawal hakisan
Memperbaiki status zat pemakanan dalam tanah, khususnya Nitrogen
Memelihara kelembapan tanah
Tiga jenis kekacang penutup bumi yang biasa ditanam adalah:
Centrosema pubescens
Pueraria phaseoloides
Calopogonium mucunoides/caeruleum
Benih kekacang boleh dibeli dari pembekal-pembekal swasta manakala kompos rhizobium boleh dibeli di Institut Penyelidikan Getah Malaysia (RRIM). Kaedah ringkas menanam kekacang penutup bumi adalah seperti berikut:
Umumnya campuran 10g kompos rhizobium dengan 10kg biji benih kekacang digunakan.
Campuran tersebut ditabur didalam jalur yang selari diantara 2 barisan pokok kelapa sawit.
Jarak diantara jalur-jalur adalah 2 meter.
Contoh kadar campuran biji benih kekacang adalah seperti berikut:-
Kekacang Kg/ha
Centrocema pubescens 4.0
Pueraria phaseoloides 1.1
Calopogonium caeruleum 0.6
Baja campuran N:P:K:Mg (15:15:6:4) digunakan sebagai baja asas dengan kadar 56 kg/hektar.
Tabur baja debu Fosfat (seperti CIRP) pada kadar 560 kg sehektar mengikut jadual berikut:Umur Kekacang Kadar Baja Debu Fosfat (kg/ha)
Pengawalan rumpai dan serangga perosak diperlukan dengan mengguna racun-racun yang sesuai jika hendak memperolehi tanaman kacang yang baik.
PenanamanPenanaman: Anak benih sawit yang telah berumur 12-15 bulan ditapak semaian adalah sesuai untuk ditanam. Kaedah ringkas penanaman adalah seperti berikut:-
Lubang Tanaman disediakan 2-3 minggu sebelum menanam. Ukuran lubang mesti dilebihkan dari ukuran polibeg supaya penanaman mudah dijalankan. Tanah lapisan bawah dan lapisan atas diasingkan.
Taburkan 150g - 200g baja Fosfat didalam lubang.
Buangkan/Tanggalkan polibeg sebelum anak benih ditanam. Masukkan anak benih kedalam lubang yang telah disediakan.
Lubang dikambus dengan tanah lapisan atas dahulu dan diikuti dengan tanah lapisan bawah supaya buku-pangkal pokok berkeadaan sama rata dengan permukaan tanah.
Anak benih hendaklah berkeadaan tegak selepas ditanam.
Mampatkan tanah disekeliling pokok dengan tidak merosakan akarnya.
Masa menanam hendaklah pada musim hujan dan elakkan dari menanam pada musim kemarau.
Lazimnya, jarak tanaman yang dipilih adalah 9 meter tiga segi yang memberi 136 pokok pada 1 hektar. Kepadatan pokok sehektar dengan jarak tanaman yang berbeza adalah seperti jadual dibawah:Jarak Jumlah Pokok
Meter (Kaki) Hektar (Ekar)
8.5 (28) 160 (65)
8.7 (29) 148 (60)
9.0 (30) 136 (55)
Sulam pokok-pokok yang mati apabila menjalani pemeriksaan sekurang-kurangnya 6 bulan selepas menanam.
Tanaman selinganTanaman selingan:
Kacang tanah, jagong dan lain-lain tanaman kontan atau sayur-sayuran boleh ditanam sebagai selingan dalam masa tiga tahun pertama selepas pokok sawit ditanam. 

MORFOLOGI KOPI


MORFOLOGI KOPI

      
    Tanaman kopi arabika tumbuh rimbun dan mendesak pohon perdu kecil. Adapun tanaman kopi ekselsa memiliki pertumbuhan pohon besar dan kuat. Tanaman kopi memiliki dua tipe pertumbuhan cabang, yaitu cabang ortotrop tumbuh ke arah vertikal dan cabang plagiotrop ke arah horisontal. Kopi arabika memiliki percabangan yang lentur serta berdauntipis. Adapun spsies kopi yang memiliki percabangan lebih kaku serta


berdaun lebih tebal dan lebar. Daun kopi berwarna hijau mengkilap yang tumbuh berpasangan dengan berlawanan arah. Bentuk daun tanaman kopi lonjong dengan tulang daun yang tegas.
        Tanaman kopi membutuhkan 3 tahun dari saat perkecambahan sampai menjadi tanaman berbunga dan menghasilkan kopi. Semua spesies kopi berbunga berwarna putih yang beraroma wangi. Bunga tersebut muncul pada ketiak daunnya. Adapun buah kopi tersusun dari kulit buah (epicarp), daging buah (mesocarp) dikenal dengan sebutan pulp, dan kulit tanduk (endocarp). Buah yang terbantuk akan matang selama7-12 bulan. Setiap bulan kopi memiliki dua biji kopi. Buah dan biji kopi liberika sangat besar. Biji kopi dibungkus kulit keras disebut kulit tanduk (parchment skin). Biji mempunyai alur pada bagian batangnya.
         Perakaran tanaman kopi arabika lebih dalam dari pada kapi robusta. Oleh karena itu, kapi arabika lebih tahan kering dibandingkan dengan kopi robusta. Tanaman dapat berakar lebih dalam pada tanah normal, tetapi 90% dari perakaran tanaman kopi berada pada lapisan tanah diatas 30 cm.

MORFOLOGI JATI


kultur jaringan - jati

. Morfologi Jati
Secara morfologis, tanaman jati memiliki tinggi yang dapat mencapai sekitar 30-45 m. Batang yang bebas cabang dapat mencapai antara 15-20 m bila dilakukan proses pemangkasan. Pohon jati yang tumbuh baik diameter batangnya dapat mencapai 220 cm. Kulit kayu jati berwarna kecoklat-coklatan atau abu-abu dan sifatnya mudah terkelupas. Pangkal batang berakar papan pendek dan dapat bercabang.
Daun jati berbentuk opposite ( bentuk jantung membulat dengan ujung meruncing), berukuran panjang sekitar 20-50 cm dan lebar 15-40 cm, permukaan daun berbulu. Daun muda jati berwarna kecoklatan, sedangkan daun tua berwarna hijau keabu-abuan.
Walaupun tanaman jati yang tumbuh di alam dapat mencapai diameter batang 220 m, namun umumnya jati dengan diameter 50 cm sudah di tebang karena tingginya akan permintaan terhadap kayu jati. Bentuk batang pohon jati tidak teratur serta mempunyai alur.
Warna kayu teras (bagian tengah), coklat muda, coklat merah tua, atau merah coklat, sedangkan warna kayu gubal (bagian luar teras hingga kulit) putih kelabu kekuningan. Tekstur kayu agak kasar dan tidak rata. Arah serat kayu jati lurus dan agak terpadu. Permukssn kayu jati licin dan agak berminyak serta memiliki gambaran yang indah.
Kambium jati memiliki sel-sel yang menghasilkan perpanjangan vertikal dan horizontal, dimulai berkembangnya inti sel berbentuk oval secara memanjang, kemudian akan membelah menjadi 2 sel dan demikian seterusnya. Pada sekitar bulan Juli-September (musim kemarau) tanaman akan mengalami gugur daun dan pada saat itu kambium akan tumbuh lebih sempit dari pertumbuhan musim penghujan.
Pada bulan Januari-April (musim penghujan), daun akan tumbuh, sehingga pertumbuhan kambium normal kembali. Perbedaan pertumbuhan tersebut akan membuat suatu pola yang indah bila batang jati dipotong melintang. Pola pertumbuhan kayu yang indah tersebut dikenal juga dengan istilah lingkaran tahun.
Sifat fisik kayu adalah sebagai berikut: kayu jati memiliki berat jenis antara 0,62- 0,75 dan memiliki kelas kuat II-III dengan nilai keteguhan patah antara 800-1200 kg/cm3 (Syafii, 2000 dalam Sipon et al., 2001). Daya risistensi yang tingi kayu jati terhadap serangan jamur dan rayap disebabkan karena zat extraktif tectoquinin 2- metiol antraqinon. Selain itu, kayu jati masih mengandung kandungan lain, seperti tripoliprena, penil naphtalhena, antraquinin dan komponen lain yang belum terditeksi (Sipon et al., 2001).
Kayu jati memiliki kadar selulosa 46,5 %, lignen 29,9%, pentosan 14,4%, abu 1,4%, dan silika 0,4%, serta nilai kalor 5,081 kal/gr (Suryana, 2001). Kekuatan kayu sesuai uji terhadap rayap dan jamur tergolong kelas II. Dengan demikian, kayu jati dapat terserang rayap dengan kapasitas rendah pada kondisi kayu yang dipengaruhi oleh umur pohon, semakin tua umur kayu semakin sulit terserang rayap.
Menurut Courdes (1992), ada banyak manfaat dari masing-masing bagian tubuh tanaman jati, yaitu:
a) Kayu jati digunakan sebagai bahan baku furniture, bangunan dan kerajinan
b) Kulit jati digunakan sebagai dinding rumah
c) Getah jati dapat digunakan sebagai obat untuk penyakit tenggorokan
d) Daun dapat digunakan sebagi obat kolera dan pembersih luka
e) Abu pohon jati ditumbuk dengan daun jambu batu dapat menghentikan diare
f) Daun muda dapat digunakan sebagai pewarna (warna merah)
g) Daun jati dapat dimanfaatkan untuk pembungkus makanan dan berbagai peralatan karena lebar dan sebagainya.

2.3.1. Bagian-bagian Tanaman Jati
a. Bunga
Bunga jati merupakan bunga majemuk, bentuk malainya terdiri dari ratusan bunga kecil, yang tumbuh terminal di ujung atau tepi cabang. Panjang malai antara 60-90 cm dan lebar antara 10-30 cm. Bunga jati termasuk bunga berumah dua, karena dalam satu pohon terdapat bunga jantan (benang sari) dan bunga betina (putik). Bunga berwarna putih, lebar bunga berukuran 4-5 mm dan panjang 6-8 mm. Kelopak bunga (calyx) berjumlah 5-7 dan berukuran 3-5 mm. Mahkota bunga (corolla) tersusun secara melingkar dengan ukuran sekitar 10 mm. Tangkai putik (stamen) berjumlah 5-6 buah dengan filamen berukuran 3 mm, antera memanjang berukuran 1-5 mm, ovarium membulat berukuran sekitar 2 mm. Bunga yang terbuahi akan menghasilkan buah berukuran sekitar 2 mm. Bunga yang terbuahi akan menghasilkan buah berukuran 1-1,5 cm. 
Menurut Mahfudz. 2003, Munculnya daun-daun jati muda setelah menggugurkan daun biasanya diikuti dengan pembungaan (sekitar bulan November), tetapi untuk lokasi penanaman dengan sumber air yang cukup, jati juga dapat berbunga pada musim kemarau.

b. Buah
Buah jati ” Janggleng” (orang jawa), bentuknya kecil dan keras (diameter 5-20 mm), terbungkus oleh sebuah kelopak berdaging yang gugur setelah buah-buahnya jatuh. Inti buah meruncing ke bawah dan dikelilingi oleh sebuah penutup tak berdaging, tapi bergabus seperti bunga karang (spons), berwarna coklat dan merupakan selapis bulu yang tebal terjalin satu sama lain. Kulit buah sangat keras dan berwarna putih. Hanya inti buah yang mudah dibelah dengan pisau dan biasanya berisi 4 kotak (panjang 3-6 mm, dan lebar 4 mm), tiap kotak berisi satu biji. Biji jati sangat tebal dan berlemak, tetapi jarang tiap biji terbentuk sempurna.
c. Daun
Letak dua helai daun jati di tangkai daun yang pendek, selain itu juga jati memiliki daun bulat telur terbalik dan bukan merupakan daun sempurna, letak helaian daun jati pada batang muda berhadapan. Daun pada bagian atas berwarna hijau dan permukaannya kasar. Bagian bawah warna daun jati hijau kekuning-kuningan, berbulu halus dan terdapat rambut kelenjar, daun muda jati berwarna merah. Ukuran daun jati bervariasi, daun jati muda memiliki panjang 80-100 cm dan lebar sekitar 60-70 cm. Jati termasuk jenis yang menggugurkan daunnya bila kekurangan air. Tetapi pada daerah yang masih memiliki air pada musim kemarau, jati tetap berdaun dan tidak meranggaskan daunnya.

d. Batang
Pada jati muda, batang berbentuk segi empat. Perubahan dari bentuk segi empat ke bentuk bulat umumnya terjadi pada umur 3-4 tahun. Di tanah yang subur, dengan penutupan tajuk cukup rapat menyebabkan pertumbuhan batang yang meninggi lebih dominan dan percabangannya dimulai pada ketinggian 18-20 m. Untuk kondisi tempat tumbuh yang kurang bagus, karena tandus, sering terjadi kebakaran, adanya penggembalaan, banyaknya alang-alang, maupun karena tegakan kurang rapat, pertumbuhan jati cenderung melengkung.
Pada umumnya pohon jati memiliki daun yang kurang lebat tetapi karena daunnya yang lebar, tajuk memberi naungan yang lebat dan merata, bentuk tajuk tidak beraturan sampai bulat telur pada tegakan yang kurang rapat tinggi tajuk agak rendah, dahan jati umumnya bengkok dan memiliki banyak tangkai dengan ranting berbentuk penampang segi empat dan berbulu halus.

e. Akar
Susunan akar jati pada waktu muda berupa akar tunggang yang sangat cepat tumbuhnya. Akar tunggang kemudian mengalami percabangan sehingga akar pokok tidak nyata, jati memiliki akar yang sensitif terhadap kekurangan zat asam.
Pada kondisi tanah yang baik (subur, remah, tidak padat, tidak terdapat lapisan batu) panjang akar dapat mencapai 2-3 m. Tetapi, jika kondisi tanah kurang baik, akar menjadi dangkal dengan panjang 70-80 cm. Akar cabang memiliki cabang-cabang yang lebih halus, panjangnya rata-rata mencapai ± 3 m. Akar-akar halus ini mengambil zat hara dari dalam tanah.
Selain itu juga akar jati mengalami persaingan, jika tanaman jati muda yang berbatasan dengan hutan tua, jati tua di pinggir dekat hutan tua ini tentu lebih kecil, kurang subur tumbuhnya dari pada tanaman jati muda di tengah-tengah. Keadaan tersebut disebabkan karena persaingan akar dalam mencari air, zat hara, zat asam atau pembakar. Untuk membuktikn terjadinya persaingan akar tersebut, dapat di buat parit yang agak dalam diantara hutan tua dan tanaman jati. Dengan adanya parit ini, karena akar dari hutan tua tidak dapat menjalar ke lapangan tanaman jati muda, jati muda di pinggir tidak menjadi kecil atau kurang subur tumbuhnya.

f. Kulit dan Kayu
Warna kulit jati coklat ke abu-abuan, terpecah-pecah mengikuti alur memanjang batang. Tebal kulit kayu berbeda antara bagian batang bawah dan pucuknya. Bagian bawah memiliki ketebalan 8-12 mm sedangkan bagian atas 2-4 mm.
Kayu teras jati umumnya berwarna dari coklat muda, coklat kelabu, hingga coklat merah tua atau merah kecokelatan. Kayu gubal berwarna putih dan kelabu kekuningan. Tekstur kayu agak kasar dan tidak rata. Area serat lurus atau kadang-kadang agak terpadu.
Permukaan kayu licin atau agak licin kadang seperti berminyak. Lingkaran tahun agak lebih jelas trasnversal maupun radial sehingga menimbulkan gambar yang indah. 


2.5. Perbanyakan Jati
Memperhatikan tanaman jati yang dapat memberikan nilai tambah relatif tinggi, maka diupayakan pembinaan kelas tarian produksi melalui pembudidayaan jati di berbagai wilayah. Namun, ada kendala teknis yaitu untuk memperoleh nilai produksi optimal, tanaman jati secara konvensional relatif memerlukan waktu yang cukup lama ± 80 tahun, dengan sejalannya ilmu pengetahuan, perbanyakan tanaman jati tidak hanya dilakukan secara vegetatif. Hasil perbanyakan secara vegetatif ini diharapkan dapat berkembang dengan cepat sehingga waktu panen pun dapat lebih cepat, pada umur 15 tahun tanaman jati dapat di panen.


2.5.2. Perbanyakan Secara Vegetatif
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknik budidaya tanaman, saat ini telah tersedia bahan tanaman jati hasil rekayasa teknis, baik melalui pengembangan benih dari pohon plus maupun teknologi kultur vegetatif. Hasilnya berupa klon atau kultivar tanaman jati dengan daur produksi ekonomis sekitar 15 tahun sehingga dalam kurun waktu relatif singkat dapat diperoleh nilai produksi yang cukup menjanjikan.
Perbanyakan atau pengembangan secara kultur jaringan atau kultur tunas merupakan upaya pengembangan tanaman melalui pembiakan sel-sel meristematis dari jaringan tanaman, seperti pucuk/tunas, ujung akar, embrio benih, atau bunga. Perbanyakan ini dilakukan di dalam laboratorium secra aseptik dengan menggunakan media cair ataupun media padat yang ditempatkan dalam sebuah botol atau tabung gelas, dilengkapi dengan peralatan kultur dan ruangan, seperti Laminar Air Flow Cabinet, Shaker, dan Enkas. Secara keseluruhan, cara ini terpola dalam kondisi bebas dari pencemaran (kontaminasi) dari jenis mikroorganisme yang kasat mata (virus, bakteri, jamur, dan lain-lain).
Dalam perbanyakan kultur tunas jati, diperlukan alat dan bahan Laminar Air Flow Cabinet, autoklaf, botol kultur, tutup botol, alat diseksi (pinset, sptula), petridish, gelas ukur, lampu bunsen, timbangan, alat ukur pH, kulkas, kompor gas, panci, pengaduk, pipet tetes, pipet lurus, alat pencuci, dan liquide dispenser.
Selanjutnya dipersiapkan bahan dan pereaksi yang terdiri dari bahan tanaman (eksplan) dari tunas jati, hormon tumbuh yang digunakannya yaitu BAP, dan GA3. sedangkan untuk pengakaran yang digunakan hormon auksin yaitu IBA.
Media pertumbuhan yang digunakan berupa media standar berasal dari MS. Proses pembuatannya sebagai berikut:
· Panaskan air sesuai yang di butuhkan, masukkan agar sebanyak 8 gr/lt dari volume air, tambahkan hormon ZPT jati (BAP dan GA3) sesuai jumlah yang diinginkan.
· Setelah bahan larut, masukkan media kedalam tabung reaksi, kemudian ditutup dengan kapas, pH diatur pada 5,8 dengan penambahan NaOH atau HCL.
· Sterilkan media dalam autoclaf dengan suhu 1210C tekanan 1,5 Kg per cm2 selama 15 menit.
· Dinginkan media sampai tidak terkena kontaminasi, media siap di gunakan.

2.6. Kultur In Vitro Jati
Kultur in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman utuh kembali (Gunawan, 1992). Kultur in vitro menurut Yusnita (2004) merupakan teknik menumbuh-kembangkan bagian tanaman, baik berupa sel, jaringan, atau organ dalam kondisi aseptik. Teknik ini dicirikan oleh kondisi kultur yang aseptik, penggunaan media kultur buatan dengan kandungan nutrisi lengkap dan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh), serta kondisi kultur yang suhu dan pencahayaannya terkontrol.
Kultur in vitro merupakan kelanjutan dari perbanyakan secara konvensional. Dengan teknik kultur in vitro, perbanyakan generatif dan vegetatif dilakukan dengan cepat dan efisien. Ada beberapa cara pelaksanaan kultur in vitro, tergantung bahan tanam dan media tanam yang digunakan, bahan tanam dipilih dari mata tunas.

2.7. Kelebihan Kultur In Vitro
Kultur in vitro sejak itu dipandang sebagai teknik yang dapat dibisniskan untuk perbanyakan tanaman yang menguntungkan. Teknik ini pada awalnya digunakan hanya untuk memperbanyak tanaman herba, tetapi belakangan ternyata merupakan altenatif yang baik untuk perbanyakan tanaman tahunan dan tanaman kehutanan (Yusnita, 2004).
Menurut Hendaryono (2007) dibandingkan dengan perbanyakan tanaman secara konvensional, perbanyakan secara kultur in vitro/kultur embrio mempunyai beberapa keuntungan yaitu :

a) Mengatasi keadaan tanaman yang lama tumbuh
Tidak semua tanaman mempunyai viabilitas (daya hidup) yang baik. Maka dengan membudidayakannya dalam botol, pengaruh lingkungan yang kurang menguntungkan terhadap tanaman bisa diminimalkan.
b) Di dalam media agar, bahan tanam (eksplan) dapat memanfaatkan unsur hara yang ada.
Distribusi unsur hara di alam tidak merata, sehingga sebagian bahan tanam akan tumbuh subur di satu tempat, tetapi yang lain tidak. Hal ini terjadi karena adanya kompetisi dalam mendapatkan unsur hara.
c) Dapat menekan terjadinya serangan jamur (kontaminasi)
Penanggulangan yang efektif adalah dengan sterilisasi media dan bahan tanam (eksplan). Media disterilisasi menggunakan autoklaf dengan suhu 1210C tekanan 1,5 Kg per cm2 selama 15 menit. Dan bahan tanam (eksplan) disterilisasi menggunakan alkohol 70%, fungisida, dan detrgen.
d) Menambah pendapatan
Apabila tahap perbanyakan secara in vitro berhasil, maka akan tumbuh berpuluh-puluh planlet (bibit dalam botol), dan setelah dilakukan subkultur dapat menjadi beratus-ratus bibit.
e) Dapat dilakukan cepat sehingga menghemat tenaga dan biaya serta tidak perlu memerlukan ruangan yang besar.
Teknik kultur in vitro walaupun banyak keuntungannya juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu dibutuhkan keahlian khusus untuk melaksanakannya, dan tanaman yang dihasilkan berukuran kecil, aseptik, dan terbiasa hidup di tempat yang berkelembaban tinggi sehingga memerlukan aklimatisasi ke lingkungan eksternal (Yusnita, 2004; Gunawan, 1992). 
Manfaat utama perbanyakan tanaman secara in vitro adalah untuk perbanyakan tanaman yang permintaannya tinggi tetapi pasokannya rendah, karena laju perbanyakannnya secara konvensional dianggap lambat. Perbanyakan tanaman secara in vitro juga sangat bermanfaat untuk memperbanyak tanaman introduksi, tanaman klon unggul baru, dan tanaman bebas patogen yang perlu diperbanyak dalam jumlah besar dalam waktu yang relatif singkat. Disamping itu, perbanyakan secara in vitro ternyata berpengaruh terhadap devisa negara. (Yunita, 2004; Hendaryono dan Wijayani, 2006).

2.8. Tahapan Kultur In Vitro
2.8.1. Media Kultur In Vitro
Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perbanyakan tanaman secara kultur jaringan. Harus dingat bahwa teknik kultur jaringan menekankan ´lingkungan yang cocok´ agar eksplan dapat tumbuh dan berkembang. Lingkungan yang cocok, sebagian akan terpenuhi bila media media yang dipilih mempertimbangkan apa yang diperlukan oleh tanaman.
Berbagai komposisi media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dikulturkan. Contohnya, komposisi Knudson (1946), Heller (1953), Nitsch dan Nitsch (1972), Gamborg dkk. B5 (1976), Linsmaier dan Skoog-LS (1965), Murashige dan Skoog-MS (1962), serta Woody Plant Medium-WPM (Lloyd dan McCown, 1980).
Media kultur tersebut, fisiknya dapat berbentuk cair atau padat. Media berbentuk padat menggunakan pemadat media, seperti agar-agar atau gelrite. Komponen media kultur yang lengkap yaitu : air destilata (aquadest) atau bebas ion sebagai pelarut, hara-hara makro dan mikro, gula (umumnya sukrosa) sebagai sumber energi, vitamin, asam amino dan bahan organik lain, Zat Pengatur Tumbuh (ZPT), arang aktif, suplemen berupa bahan-bahan alami bila diperlukan dan agar-agar sebagai pemadat media (Yusnita, 2004).

2.8.2. Pemilihan dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber Eksplan
Tanaman induk sumber eksplan harus berasal dari tanaman jati yang jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit. Tanaman induk sumber eksplan kemudian dikondisikan di rumah kaca atau rumah plastik dengan lingkungan yang higienis untuk mendapatkan eksplan yang berkualitas dan lebih bersih.
Pemeliharaan tananaman induk sumber eksplan meliputi pemangkasan dan pemupukan, sehingga tunas yang baru tumbuh menjadi lebih sehat dan bersih dari kontaminan (Yusnita, 2004).

2.8.3. Sterilisasi dan Inisiasi Kultur
Inisiasi kultur bertujuan untuk mengusahakan kultur yang aseptik dan aksenik. Eksplan harus disterilisasi untuk mendapatkan kultur yang bersih dari kontaminasi. Bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah jaringan muda yang sedang tumbuh aktif. Jaringan tanaman yang masih muda mempunyai daya regenerasi lebih tinggi, sel-selnya masih aktif membelah diri, dan relatif lebih bersih (mengandung lebih sedikit kontaminan). Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai eksplan yaitu tunas apikal dan tunas lateral.
Eksplan merupakan sumber kontaminasi kultur, disamping komponen media, faktor manusia dan lingkungan. Oleh karena itu sebelum ditanam secara aseptik dalam media steril, eksplan harus dibersihkan dari debu, cendawan dan bakteri atau kontaminan dari bagian permukaan eksplan. Inisiasi kultur sering terjadi masalah yaitu terjadinya pencoklatan (browning) atau penghitaman bagian eksplan. Pada waktu jaringan tanaman terkena stres mekanik, seperti pelukaan pada proses isolasi eksplan dari tanaman induk atau proses sterilisasi eksplan, metabolisme senyawa berfenol pada eksplan sering terangsang, untuk mencegah terjadinya browning ditambah dengan arang aktif.

2.8.4.Multiplikasi
Multiplikasi atau perbanyakan propagul bertujuan untuk menggandakan propagul atau bahan tanaman yang diperbanyak seperti tunas, serta memeliharanya dalam keadaan tertentu sehingga sewaktu-waktu bisa dilanjutkan untuk tahap berikutnya. Pada tahap ini perbanyakan tunas dirangsang, umumnya untuk mendorong percabangan tunas lateral atau merangsang pembentukan tunas adventif. (Yusnita, 2004).

2.8.5. Pemanjangan Tunas, Induksi dan Perkembangan Akar
Tunas-tunas yang dihasilkan pada tahap multiplikasi dipindahkan ke media lain untuk pemanjangan tunas. Media untuk pemanjangan tunas mengandung sitokinin sangat rendah atau tanpa sitokinin. Tunas tersebut dapat dipindahkan secara individu atau berkelompok. Pemanjangan tunas secara berkelompok lebih ekonomis daripada secara individu. Setelah tumbuh cukup panjang, tunas tersebut dapat diakarkan. Pemanjangan tunas dan pengakarannya dapat dilakukan sekaligus atau secara bertahap, yaitu setelah dipanjangkan baru diakarkan. Pengakaran tunas in vitro dapat dilakukan dengan memindahkan tunas ke media pengakaran yang umumnya memerlukan auksin seperti NAA atau IBA. (Yusnita, 2004).

2.8.6. Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah pengkondisian planlet atau tunas mikro di lingkungan baru yang aseptik di luar botol dengan media tanah ,arang sekam atau pupuk kandang, sehingga planlet dapat bertahan dan terus tumbuh menjadi bibit yang siap ditanam di lapang. Prosedur pembiakan dengan kultur jaringan baru dikatakan berhasil jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi.
Aklimatisasi merupakan tahap kritis karena kondisi iklim mikro di rumah kaca, rumah plastik, rumah bibit dan lapangan sangat jauh berbeda dengan kondisi iklim mikro di dalam botol. Kondisi di luar botol berkelembaban jauh lebih rendah, tidak aseptik dan tingkat intensitas cahayanya jauh lebih tinggi daripada kondisi di dalam botol. Planlet lebih bersifat heterotrofik karena sudah terbiasa tumbuh dalam kondisi berkelembaban sangat tinggi, aseptik serta suplai hara mineral dan sumber energi cukup (Yusnita, 2004).

. Pembuatan dan Sterilisasi Media Jati
Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perbanyakan tanaman secara kultur in vitro. Berbagai komposisi media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dikulturkan (Yusnita, 2004). Pembuatan media tanam dalam perbanyakan tanaman secara in vitro merupakan kegiatan yang paling penting dan memerlukan ketelitian serta pemahaman yang jelas dalam proses pembuatannya.
Pembuatan media kultur Jati harus dilaksanakan dengan cermat, sabar dan teliti dalam mengerjakannya terutama dalam penimbangan bahan, sehingga komposisi media tepat dan baik untuk pertumbuhan dari tanaman yang dikulturkan. Pembuatan media kultur jati di Puslitbang Perhutani Cepu dimulai dari sterilisasi botol kultur. Botol kultur yang akan digunakan dalam pembuatan media sebelumnya dicuci dengan menggunakan detergen dan dibilas di air mengalir sampai bersih dan dikeringkan di rak-rak botol kultur sehingga siap digunakan sebagai wadah media. Setelah menyiapakan botol kultur yang steril, kemudian menyiapkan tutup botol. Setelah itu membuat larutan stok media. Kegiatan selanjutnya larutan stok yang dibuat yaitu stok ZPT, unsur hara mikro dan unsur hara makro.
Tahapan-tahapan dalam pembuatan media:
a) Persiapan Alat dan Bahan
Alat-alat yang di butuhkan dalam pembuatan media diantaranya adalah hotplate atau panci, gelas baker, batang pengaduk, autoclave, gelas ukur, shaker, sendok teh, kompor gas, liquid dispenser, botol kultur, timbangan analitik, sendok spatula, kontainer atau kereta dorong, pH meter dan label.
· Liquid Dispenser
Alat ini digunakan untuk mempermudah dalam pembagian media kedalam botol, pada alat ini tertera ukuran sesuai dengan yang diinginkan.


Persiapan Eksplan Jati (Tectona grandis L)Sumber eksplan yang digunakan untuk produksi bibit Jati (Tectona grandis L). Secara in vitro yaitu berupa tunas apikal dan tunas lateral. Jika eksplan berasal dari tunas lateral sebaiknya di pilih yang agak tua, karena untuk daya tumbuhnya lebih cepat, jika menggunakan tunas lateral yang terlalu muda tidak akan tumbuh daun malahan tumbuh propagul. Dan jika sumber eksplan yang digunakan itu berasal dari tunas apikal sebaiknya digunakan tunas apikal yang belum mekar jadi daun.


Tanaman induk jati yang digunakan dalam perbanyakan sebaiknya memiliki sifat-sifat seperti:
b) Tidak doreng
c) Bebas dari hama dan penyakit
d) Tinggi bebas cabang12-16 cm
e) Kemampuan meluruhkan batang.

4.2.4. Sterilisasi Eksplan Jati (Tectona grandis L)
Eksplan merupakan sumber kontaminasi kultur, selain komponen media, faktor manusia, alat-alat dan lingkungan. Oleh karena itu eksplan jati baik pucuk maupun nodus yang akan dikulturkan sebelumnya disterilisasi. Sterilisasi eksplan jati bertujuan agar bakteri, jamur dan mikroorganisme yang akan menyebabkan kontaminasi mati, untuk mengetahui apakah untuk mengetahui eksplan tersebut terkena kontaminasi atau tidak sangat sulit, sehingga untuk mencegahnya dilakukan sterilisasi.


Tahapan-tahapan sterilisasi eksplan:
a) Pencucian eksplan dengan air biasa sampai getahnya bersih (jika masih ada getahnya maka air berwarna merah), kemudian bilas sampai bersih. Banyaknya pencucian tergantung seberapa bersih eksplan yang dicuci itu.
b) Eksplan dicuci dengan detergen biasa sampai bersih, kemudian dibilas. Pencucian eksplan dengan detergen akan menimbulkan warna merah lagi meskipun jika dicuci dengan air biasa sudah tidak keluar dari eksplan. Hal ini dipicu oleh sifat detergen yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi sehingga cairan dalam tubuh eksplan akan tertarik (berdifusi) ke luar. Lama dan banyaknya pencucian ini tergantung pada seberapa bersih eksplan tersebut. Penggunaan detergen sebaiknya jangan terlalu banyak, karena akan menyebabkan matinya eksplan.
c) Setelah selesai dibilas eksplan kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml dan diberi air aquades
d) eksplan disterilisasi dengan fungisida + detergen selama 30 menit, sambil dikocok di atas shaker.
e) Eksplan di bilas dengan air steril sebanyak 3 kali.
f) Eksplan disteril dengan alkohol 70% selama 5 menit, sambil digojok di atas shaker dengan kecepatan yang telah ditentukan
g) Eksplan di bilas dengan air steril sebanyak 3 kali
h) Eksplan disteril dengan klorok/kaporit 5% selama 3 menit, sambil digojok di atas shaker dengan kecepatan yang sudah ditentukan
i) Eksplan dibilas dengan air steril sebanyak 3 kali
j) Eksplan disteril dengan alkohol 70% selama 5 menit, sambil digojok di atas shaker dengan kecepatan yang telah di tentukan
k) Eksplan dibilas dengan air steril sebanyak 3 kali di dalam Laminar
l) Eksplan dicelupkan ke dalam alkohol 96%, kemudian dibakar dengan api bunsen dan diletakkan di kaca tanam.
m) Eksplan diiris atau dipotong pada tempat tertentu dengan scalpel sehingga eksplan siap diinisiasi.

4.2.5. Tahap Inisiasi
Alat dan bahan yang diperlukan adalah lampu bunsen, pinset, sklapel, cawan petri, kertas saring, kapas, botol rendaman (kecil dan besar) yang berisi alkohol 96%, botol semprot berisi alkohol 70%, media kultur dan kaca tanam.

Tahapan-tahapan inisiasi:a) Eksplan yang sudah steril dipotong dengan ukuran ± 0,5 × 0,5 cm2 atau lebih besar (tergantung pada besar kecilnya eksplan), pemotongan dilakukan secara steril.
b) Setiap botolditanami 1 atau 2 eksplan, tergantung pada besar kecilnya eksplan dengan menggunakan media inokulasi awal (IA).
c) Eksplan diberi label (nama penanam, no klon, tanggal penanaman, jenis jati)
d) Eksplan diletakkan di rak kultur ruang steril dan dipelihara selama satu bulan. Setiap harinya diamati apakah eksplan terkontaminasi atau tidak. Jika terkontaminasi maka dilihat dulu apakah bisa diselamatkan atau tidak. Eksplan yang diselamatkan biasanya yang terkena serangan bakteri yang biasanya berasal dari getah eksplan yang ditanam dan kondisi eksplan sehat serta dapat tumbuh dengan baik. Jika terserang jamur otomatis tidak dapat diselamatkan dan dibuang. Kegiatan penyelamatan biasanya menggunakan media subkultur (MS), bukan media IA. Lama pemeliharaan setelah penyelamatan biasanya 1 bulan dipelihara di rak kultur pada ruang steril
e) Setelah satu bulan isolasi eksplan maka tanaman mulai disegarkan.

4.2.6. Tahap Penyegaran
Pada tahap ini adalah merupakan tahap pemindahan eksplan yang sudah berumur 1 bulan dan eksplan tersebut sudah tumbuh daun dan batang. Eksplan yang ditanam dalam media IA(Inokulasi Awal) dilakukan pemindahan media. Media yang digunakan adalah media MSK. Pemindahan ini bertujuan agar eksplan dapat tumbuh dengan normal dan kedaan planlet tersebut masih segar.



Multiplikasi/Subkultur Jati (Tectona grandis L.f)
Pada tahap ini adalah merupakan tahap untuk memperbanyak eksplan dari satu eksplan menjadi beberapa bagian, sehingga kebutuhan bibit jati terpenuhi dengan cepat, subkultur pada tanaman jati dilakukan sebanyak 6 kali subkultur.
Kegiatan ini dilakukan setelah tanaman 1 bulan mengalami penyegaran. Jika tanaman eksplan sudah memanjang maka eksplan dipotong untuk induksi perakaran, dan yang kecilnya ditanam lagi di media kultur dipelihara selama 1 bulan.
Berikut adalah tahapan-tahapan dalam kegiatan multiflikasi/subkultur:
a) Siapkan alat dan bahan
b) Eksplan diambil dari eksplan yang sudah mengalami penyegaran, kurang lebih 1 bulan.
c) Ekplan dipotong menjadi beberapa bagian seperti (pucuk dan nodus)
d) Setelah dipotong pisahkan antara pucuk dan nodus, supaya mudah dalam pengamatan dan seragam.
e) Tanam pucuk dan nodus dalam media MSK, setiap botol maksimal berisi 6 potongan nodus maupun pucuk.
f) Beri label (nama penanam, tanggal penanaman, jenis jati, nomor klon).
g) Amati setelah beberapa hari kemudian.

4.2.8. Tahap Induksi Perakaran
Alat yang disiapkan adalah gunting, stik, bak induksi, baki plastik, kaca, dan sprayer. Sedangkan bahan-bahan yang diperlukan dalam kegiatan induksi perakaran adalah hormon IBA 2 ppm/lt, air, eksplan dan media yang digunakan adalah pasir.
Berikut adalah langkah-langkah kerja dalama kegiatan induksi perakaran:
a) Menyiapkan eksplan
Eksplan diambil dari rak di ruang kultur dengan melihat tanggal kegiatan. Eksplan yang diambil harus berumur lebih kurang 1 bulan. Setelah selesai memilih eksplan, maka botol-botol yang berisi eksplan dibawa ke ruang induksi. Di ruang induksi dilakukan penyortiran eksplan, eksplan yang memenuhi syarat dapat dipakai di induksi perakaran jika tidak maka dibuang. Pemotongan eksplan menggunakan gunting dan daun paling bawah dihilangkan, karena membutuhkan batang yang agak panjang untuk menanamnya di tanah.
b) Perendaman eksplan dengan hormon
Eksplan yang telah dipotong dikelompokkan antara yang kecil dan yang besar, sehingga dalam penanamannya dapat seragam besar kecilnya eksplan yang ditanam. Eksplan tersebut ditata di baki yang berisi hormon IBA 2 ppm/lt. Perendaman ini bertujuan agar tanaman cepat dalam perakaran (membentuk akar).
c) Penanaman eksplan
Perendaman dilakukan selama kurang lebih 5 menit, setelah itu eksplan siap ditanam dalam media yang sudah ditata di bak induksi. Sebelum eksplan ditanam dalam media, sebaiknya media dilubangi terlebih dahulu dengan menggunakan stik setelah selesai maka eksplan siap ditanam. 
d) Penyiraman dengan air
Setelah penanaman selesai maka eksplan yang sudah ditanam disiram dengan air secukupnya dengan menggunakan sprayer karena tanaman yang masih kecil belum mampu menahan siraman air yang deras.


e) Penutupan bak dengan kaca dan pelabelan
Setelah selesai penyiraman maka bak ditutup dengan kaca dan diberi label (tanggal penanaman, jenis jati, dan nomor klon), kemudian dipelihara. Jangka waktu pemeliharaan adalah 1 bulan dengan kegiatan penyiraman adalah 2 kali sehari (pagi dan sore) atau tergantung kebutuhannya dan dilakukan dirak-rak inkubasi perakaran. Penyiraman dengan menggunakan sprayer karena organ tanaman masih lemah, setelah berakar tanaman dipindah ke aklimatisasi.

4.2.9. Aklimatisasi Jati (Tectona grandis L)
Aklimatisasi adalah proses transfer tanaman dari media induksi ke dalam media polybag dan penyesuaian diri tanaman secara fisiolgis dengan lingkungan yang lebih bebas. Alat yang dibutuhkan seperti: polybag, bak aklimatisasi dan sprayer. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tanaman hasil induksi yang sudah berakar (kurang lebih 1 bulan), media (top soil : pasir : pupuk kandang : sekam = 1: 1 : 1 : 1) dan air.
Berikut adalah tahapan-tahapan dalam kegiatan aklimatisasi
a) Siapkan alat dan bahan
b) Campur media (top soil, pasir, pupuk kandang, sekam) sampai merata ( homogen).
c) Masukkan campuran media ke dalam masing-masing polybag
d) Planlet diambil dari bak induksi perakaran dipilih yang sudah berakar.
e) Planlet di tanam dalam polybag yang berisi media dan ditata di bak aklimatisasi secara rapih.
f) Siram air dengan menggunakan sprayer.
g) Tutup atas bak aklimatiasi dengan menggunakan kaca.
h) Beri label ( tanggal penanaman, jenis jati, nomor klon)
i) Amati setelah beberapa hari kemudian.
Tanaman yang diaklimatisasi adalah tanaman yang sudah berakar. Pada penanaman harus hati-hati, karena organ tanaman yang dihasilkan oleh kultur jaringan biasanya lemah. Akar menjadi hal yang penting, saat pemindahan sebaiknya sedikit media yang menempel di akar diikutsertakan untuk menghindari putusnya akar dari batang, dan menghindari stagnasi.
Penyiraman tanaman diperlukan untuk menjaga kondisi lembab agar tidak terjadi evapotranspirasi yang berlebih. Menurut Suprayogi (2002), organ tanaman invitro tidak mempunyai lapisan lilin, pada epidermisnya, daun tipis dan lembut, terbiasa dengan aktivitas fotosintesis rendah, jaringan palisade yang kecil dan sedikit, stomata tidak bekerja secara optimal, hubungan root-shoot tidak sempurna hidup heterotrop sedangkan aklimatisasi hidup secara autotrop maka tahapan ini harus dilakukan secara baik agar terhindar kelayuan dan kematian.
Adapun persoalan yang dihadapi dalam transfer tanaman dari media agar ke media tanah adalah bakal tanaman belum tentu dapat hidup setelah transfer, bakal tanaman mengering setelah transfer, damping off karena jamur. Bertambah hari mengakibatkan bakal tanaman menjadi lebih besar, tetapi mungkin juga menjadi dorman sehingga dalam pertumbuhannya memerlukan temperatur yang rendah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah jenis kegiatan disertai pelabelan karena akan mempermudah mengidentifikasi asal-usul, dan setiap tanaman yang sudah selesai diaklimatisasi di pindah ke persemaian.

MORFOLOGI KAKAO


Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kakao (Theobroma cacao L)

Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kakao (Theobroma cacao L)
Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kakao (Theobroma cacao L)
Tanaman kakao(Theobroma cacao L) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan sumber devisa negara dari sektor nonmigas. Tanaman kakao tersebut merupakan salah satu anggota genus Theobrama dari familia Sterculaieeae yang banyak dibudidayakan, yang secara sistematika mempunyai urutan taksa sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio       : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledoneae
Ordo                : Malvales
Familia            : Sterculiaceae
Genus              : Theobroma
Spesies            : Theobroma cacao L.

Pada daerah asalnya, kakao merupakan tanaman kecil di bagian bawah hutan hujan tropis di Amerika Selatan (purseglove, 1968), tumbuhnya selalu terlindung pohon besar lain (Sunaryo, 1978). Selanjutnya menyebarkan dengan penyebaran geografis abtara 20 LU – 20 LS, dengan batas penyebaran yang memberikan keuntungan antara 10 LS dan 10 LU (Sunaryo dan Situniorang, 1978). Daerah hutan hujan tropis merupakan daerah dengan sifat ekologi yang paling cocok untuk tanaman kakao (Purseglove, 1968).

Menurut Hall (1932 dalam PPKKI, 2010),  Tinggi tanaman kakao jika dibudidayakan di kebun maka tinggi tanaman kakao umur 3 tahun mencapai 1,8 – 3 meter dan pada umur 12 tahun dapat mencapai 4,5 – 7 meter. Tinggi tanaman tersebut beragam , dipengaruhi oleh intensitas naungan dan faktor-faktor tumbuh yang tersedia (Hall (1932 dalam PPKKI, 2010)
PPKKI (2010), juga menyatakan bahwa tanaman kakao bersifat dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas ortotrop atau tunas air (wiwilan atau chupon), sedangkan tunas yang arah pertumbuhannya ke samping disebut dengan plagiotrop (cabang kipas atau fan) (PPKKI, 2010)
Tanaman kakao asal biji, setelah mencapai tinggi 0,9 – 1,5 meter akan berhenti tumbuh dan membentuk jorket(jorquette). Jorket adalah tempat percabangan dari pola percabangan ortotrop ke plagiotrop dan khas hanya pada tanaman kakao (Anonymus, 2013)
Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat dimorfisme. Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm (Hall (1932) dalam PPKI, 2010). Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya (Hall (1932) dalam PPKI, 2010).
PPKKI (2010), juga menjelaskan bahwa salah satu sifat khusus daun kakao yaitu adanya dua persendian (articulation) yang terletak di pangkal dan ujung tangkai daunyang membuat daun mapu membuat gerakan untuk menyesuaikan dengan arah datangnya sinar matahari. Bentuk helai daun bulat memanjang (oblongus), ujung daun meruncing (acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan daun tulang menyirip dan tulang daun menonjol ke permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat seperti perkamen. Warna daun dewasa hijau tua bergantung pada kultivarnya. Panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm. Permukaan daun licin dan mengkilap (PPKKI, 2010).
Tanamankakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan berkembang dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut denganbantalan bunga (cushioll). Bunga kakao mempunyai rumus K5C5A5+5G (5) artinya, bunga disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran dan masing-masing terdiri dari 5 tangkai sari tetapi hanya 1 lingkaran yang fertil, dan 5 daun buah yang bersatu (Anonymus, 2013).
Bunga kakao berwarna putih, ungu atau kemerahan. Warna yang kuat terdapat pada benang sari dan daun mahkota. Warna bunga ini khas untuk setiap kultivar. Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm). Daun mahkota panjangnya 6-8 mm, terdiri atas dua bagian. Bagian pangkal berbentuk seperti kuku binatang (claw) dan bisanya terdapat dua garis merah. Bagian ujungnya berupa lembaran tipis, fleksibel, dan berwarna putih (Anonymus, 2013)
Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna merah, setelah masak berwarna jingga (oranye) (Anonymus, 2013).
Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya berselang-seling. Pada tipe criollo dan trinitario alur kelihatan jelas. Kulit buahnya tebal tetapi lunak dan permukaannya kasar. Sebaliknya, pada tipe forasero, permukaan kulit buah pada umumnya halus (rata), kulitnya tipis, tetapi dan liat. Buah akan masak setelah berumur enam bulan. Pada saat itu ukurannya beragam, dari panjang 10 hingga 30 cm, pada kultivar dan faktor-faktor lingkungan selama perkembangan buah (Anonymus, 2013).

KLIMATOLOGI


SEKILAS MENGENAI KLIMATOLOGI PERTANIAN

Tinggalkan Komentar
09/30/2012 oleh febrinafebrina
Klimatologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang iklim . Iklim merupakan bagian penting dari suatu komponen ekosistem dialam sehingga kehidupan manusia hewan dan tumbuhan tidak terlepas dari pengaruh atmosfer dan segala prosesnya. Iklim dinyatakan dengan rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang cukup lama. Anasir iklim meliputi intensitas cahaya matahari, suhu udara, tekanan udara, kecepatan angin, kelembaban udara dan curah hujan. Anasir cuaca ini saling berhubungan satu sama lain dan saling mempengaruhi. 
Cahaya matahari yang datang kebumi dengan radiasi, akan mempengaruhi suhu bumi. Peningkatan dan penurunan suhu akan mempengaruhi kelembaban udara dan akan berpengaruh pada tekanan udara. Perbedan tekanan udara akan menghasilkan angin. Radiasi matahari juga akan menyebabkan penguapan di permukaan bumi. Air, danau, tanaman (transiprasi), tanah (evaporasi) akan menguap. Adanya perbedaan tekanan udara akan membawa uap air ke atas, yang nanti akan mengalami kondensasi dan membentuk awan. Awan yang berisi uap air dalam kondisi jenuh air akan menghasilkan hujan yang dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup dibumi. Kejadian ini akan berlangsung secara terus menerus dan membentuk siklus hidrologi.
Indonesia merupakan negara tropis yang terletak disekitar garis khatulistiwa dan mendapatkan cahaya matahari sepanjang tahun. Hal ini menyebabkan Indonesia hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim hujan dan musim kemarau berpengaruh pada ketersediaan air. Ketersediaan air yang tidak hanya dibutuhkan oleh manusia dan hewan, tetapi juga untuk pertumbuhan tanaman.
Pertanian dipengaruhi oleh iklim. Air, udara dan suhu merupakan faktor yang tidak lepas dari pertanian. Dalam suatu pengelolaan lahan ataupun analisa kesesuaian lahan, iklim menjadi salah satu parameter yang digunakan untuk penentuan komoditas yang akan ditanam. Presipitasi, evaporasi, suhu, angin, dan kelembaban nisbi udara adalah anasir iklim yang penting. Tanah sebagai media tumbuh tanaman tidak dapat menyimpan seluruh air yang jatuh di atasnya. Sebagian air yang mengalami infiltrasi ke dalam tanah akan mengalami perkolasi dan run off, yang nantinya tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Ketersidaan air ditanah sangat dipengaruhi oleh presipitasi hujan. Musim tanam, panen dan pemilihan komoditas yang akan ditanam oleh petani biasanya disesesuaikan dengan keadaan cuaca dan iklim didaerah tersebut. Tiap tanaman membutuhkan keadaan cuaca dan iklim tertentu untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga didapatkan hasil setinggi-tingginya. Syarat-syarat itu dapat dipenuhi dengan (a) menyesuaikan diri terhadap keadaan cuaca dan iklim yang ada (adaptasi), (b) mengatur lingkungan sehingga diketahui unsur-unsur cuaca dan iklim yang sangat dibutuhkan (modifikasi) (c) melakukan suatu cara atau teknik untuk menggantikan hal yang tidak tersedia menjadi tersedia (subtitusi) dan (d) peramalan, sehingga dapat dihindarkan dari keadaan cuaca yang membahayakan tanaman. Setiap anasir iklim ini akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan tentu saja akan mempengaruhi produksi hasil di lahan pertanian. Sangatlah baik jika setiap unsur iklim dan cuaca saling mendukung dan tersedia dalam jumlah yang mencukupi. Intensitas cahaya matahari akan berpengaruh pada fotosintesis yang dilakukan tanaman, tanaman yang memperoleh sinar matahari dalam jumlah yang cukup akan melakukan fotosintesis secara maksimal dan menghasilkan fotosintat dalam jumlah yang banyak.
Cuaca dan iklim juga sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Perbedaan budaya, pola pikir dan pola hidup manusia dipengaruhi oleh iklim. Hal itu juga terjadi sebaliknya, manusia mempengaruhi cuaca dan iklim. Keberadaan manusia mampu merubah cuaca dan iklim dikarenakan kemajuan industri yang berkembang pesat dan juga banyaknya hutan yang ditebang demi memenuhi kebutuhan hidup manusia baik itu sandang, papan ataupun kebutuhan atas lahan sebagai tempat tinggal. Perubahan itu dibuktikan dengan peningkatan suhu permukaan bumi yang diakibatkan efek gas rumah kaca yang semakin lama semakin banyak. Global warming menjadi isu yang hangat diperbincangkan dunia saat ini. Pemanasan global mengakibatkan perubahan iklim. Perubahan iklim akan mengakibatkan efek negatif berupa potensi terkena kanker kulit sangat tinggi, bahaya gas karbondioksida bagi pernafasan manusia, suhu yang semakin tinggi, musim yang berubah, kemarau berkepanjangan yang mengakibatkan kekurangan air dibeberapa daerah di Indonesia. Tidak hanya itu saja, perubahan iklim menyebabkan gagal panen di beberapa daerah yang akan berpotensi menurunkan produksi hasil dan mengurangi ketersediaan bahan pangan.

KEWIRAUSAHAAN


MEMAHAMI KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN
Pengertian Kewirausahaan
Wirausaha adalah seseorang yang bebas dan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri dalam menjalankan kegiatan usahanya atau bisnisnya atau hidupnya. Ia bebas merancang, menentukan mengelola, mengendalikan semua usahanya. Sedangkan kewirausahaan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan
meruapakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarsa dan bersaahaja dalam berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegaitan usahanya atau kiprahnya. Seorang yang memiliki jiwa dan sikap wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Dari waktu-ke waktu, hari demi hari, minggu demi minggi selalu mencari peluang untuk meningkatkan usaha dan kehidupannya. Ia selalu berkreasi dan berinovasi tanpa berhenti, karena dengan berkreasi dan berinovasi lah semua peluang dapat diperolehnya. Wirausaha adalah orang yang terampil memanfaatkan peluang dalam mengembangkan usahanya dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupannya.
Pada hakekatnya semua orang adalah wirausaha dalam arti mampu berdiri sendiri dalam emnjalankan usahanya dan pekerjaannya guna mencapai tujuan pribadinya, keluarganya, msaayarakat , bangsa dan negaranya, akan tetapi banyak diantara kita yang tidak berkarya dan berkarsa untuk mencapai prestasi yang lebih baik untuk masa depannya, dan ia menjadi ketergantungan pada orang lain, kelompok lain dan bahkan bangsa dan Negara lainnya. Istilah kewirausahaan, kata dasarnya berasal dari terjemahan entrepreneur, yang dalam bahasa Inggris di kenal dengan between taker atau go between. Pada abad pertengahan istilah entrepreneur digunakan untuk menggambarkan seseorang actor yang memimpin proyek produksi, Konsep wirausaha secara lengkap dikemukakan oleh Josep Schumpeter, yaitu sebagai orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis yang baru atau pun yang telah ada. Dalam definisi tersebut ditekankan bahwa wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut. Sedangkan proses kewirausahaan adalah meliputi semua kegiatan fungsi dan tindakan untuk mengejar dan memanfaatkan peluang dengan menciptakan suatu organisasi. Istilah wirausaha dan wiraswasta sering digunakan secara bersamaan, walaupun memiliki substansi yang agak berbeda.
Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:5) mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut : “ An entrepreuneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the perpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and asembling the necessary resourses to capitalize on those opportunuties”.
Menurut Dan Steinhoff dan John F. Burgess (1993:35) wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola dan berani menanggung resiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha. Secara esensi pengertian entrepreneurship adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan selalu berorientasi kepada pelanggan. Atau dapat juga diartikan sebagai semua tindakan dari seseorang yang mampu memberi nilai terhadap tugas dan tanggungjawabnya. Adapun kewirausahaan merupakan sikap mental dan sifat jiwa yang selalu aktif dalam berusaha untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya meningkatkan pendapatan di dalam kegiatan usahanya. Selain itu kewirausahan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan seuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Pada hakekatnya kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif.
Dari beberapa konsep yang ada ada 6 hakekat penting kewirausahaan sebagai berikut ( Suryana,2003 : 13), yaitu :
1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Acmad Sanusi, 1994).
2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) (Drucker, 1959).
3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (Zimmerer. 1996).
4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto Prawiro, 1997).
5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (inovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih.
6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melaui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.
Berdasarkan keenam konsep diatas, secara ringkas kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai sesuatu kemampuan kreatif dan inovatif (create new and different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko.
Dari segi karakteristik perilaku, Wirausaha (entepreneur) adalah mereka yang mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri. Wirausaha adalah mereka yang bisa menciptakan kerja bagi orang lain dengan berswadaya. Definisi ini mengandung asumsi bahwa setiap orang yang mempunyai kemampuan normal, bisa menjadi wirausaha asal mau dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan berusaha. Berwirausaha melibatkan dua unsur pokok (1) peluang dan, (2) kemampuan menanggapi peluang, Berdasarkan hal tersebut maka definisi kewirausahaan adalah “tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif dan inovatif.” (Pekerti, 1997)
b-1.jpg
Sejalan dengan pendapat di atas, Salim Siagian (1999) mendefinisikan: “Kewirausahaan adalah semangat, perilaku, dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan/masyarakat; dengan selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efisien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas dan inovasi serta kemampuan manajemen.”
KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN
1. Motif Berprestasi Tinggi
Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement motive). Menurut Gede Anggan Suhanda (dalam Suryana, 2003 : 32) Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi. Faktor dasarnya adalah kebutuhan yang harus dipenuhi. Seperti yang dikemukakan oleh Maslow (1934) tentang teori motivasi yang dipengaruhi oleh tingkatan kebutuhan kebutuhan, sesuai dengan tingkatan pemuasannya, yaitu kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan akan keamanan (security needs), kebutuhan harga diri (esteem needs), dan kebutuhan akan aktualisasi diri (self-actualiazation needs). Menurut Teori Herzberg, ada dua faktor motivasi, yaitu:
b-2.jpg
Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif berprestasi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Suryana, 2003 : 33-34)
1. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya.
2. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan.
3. Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.
4. Berani menghadapi resiko dengan penuh perhitungan.
5. Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang (fiftyfifty). Jika tugas yang diembannya sangat ringan, maka wirausaha merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang paling sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat rendah.
Motivasi (Motivation) berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti to move atau menggerakkan, (Steers and Porter, 1991:5), sedangkan Suriasumantri (hal.92) berpendapat, motivasi merupakan dorongan, hasrat, atau kebutuhan seseorang. Motif dan motivasi berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan berperilaku tertentu untuk mencapai tujuan. Motif menghasilkan mobilisasi energi (semangat) dan menguatkan perilaku seseorang. Secara umum motif sama dengan drive.
Beck (1990: 19), berdasarkan pendekatan regulatoris, menyatakan “drive” sama seperti sebuah kendaraan yang mempunyai suatu mekanisme untuk membawa dan mengarahkan perilaku seseorang.
Sejalan dengan itu, berdasarkan teori atribusi Weiner (Gredler, 1991: 452) ada dua lokus penyebab seseorang berhasil atau berprestasi. Lokus penyebab instrinsik mencakup (1) kemampuan, (2) usaha, dan (3) suasana hati (mood), seperti kelelahan dan kesehatan. Lokus penyebab ekstrinsik meliputi (1) sukar tidaknya tugas, (2) nasib baik (keberuntungan), dan (3) pertolongan orang lain. Motivasi berprestasi mengandung dua aspek, yaitu (1) mencirikan ketahanan dan suatu ketakutan akan kegagalan dan (2) meningkatkan usaha keras yang berguna dan mengharapkan akan keberhasilan (McClelland, 1976: 74-75).
Namun, Travers (1982:435) mengatakan bahwa ada dua kategori penting dalam motivasi berprestasi, yaitu mengharapkan akan sukses dan takut akan kegagalan.
Uraian di atas menunjukkan bahwa setidak-tidaknya ada dua indikator dalam motivasi berprestasi (tinggi), yaitu kemampuan dan usaha. Namun, bila dibandingkan dengan atribusi intrinsik dari Wainer, ada tiga indikator motivasi berprestasi tinggi yaitu: kemampuan, usaha, dan suasana hati (kesehatan). Berdasarkan uraian di atas, hakikat motivasi berprestasi dalam penelitian ini adalah rangsangan-rangsangan atau daya dorong yang ada dalam diri yang mendasari kita untuk belajar dan berupaya mencapai prestasi belajar yang diharapkan.
2. Selalu Perspektif
Seorang wirausahawan hendaknya seorang yang mampu menatap masa dengan dengan lebih optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan berusaha. Usaha memanfaatkan peluang dengan penuh perhitungan. Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki persepktif dan pandangan kemasa depan. Karena memiliki pandangan jauh ke masa depan maka ia akan selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya (Suryana, 2003 : 23). Kuncinya pada kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru serta berbeda dengan yang sudah ada.
Walaupun dengan risiko yang mungkin dapat terjadi, seorang yang perspektif harus tetap tabah dalam mencari peluang tantangan demi pembaharuan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada. Karena itu ia harus mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang.
2. Selalu Perspektif
Seorang wirausahawan hendaknya seorang yang mampu menatap masa dengan dengan lebih optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan berusaha. Usaha memanfaatkan peluang dengan penuh perhitungan. Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki persepktif dan pandangan kemasa depan. Karena memiliki pandangan jauh ke masa depan maka ia akan selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya (Suryana, 2003 : 23). Kuncinya pada kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru serta berbeda dengan yang sudah ada.
Walaupun dengan risiko yang mungkin dapat terjadi, seorang yang perspektif harus tetap tabah dalam mencari peluang tantangan demi pembaharuan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada. Karena itu ia harus mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang.
3 Memiliki Kreatifitas Tinggi
Menurut Teodore Levit, kreativitas adalah kemampuan untuk berfikir yang baru dan berbeda. Menurut Levit, kreativitas adalah berfikir sesuatu yang baru (thinking new thing), oleh karena itu enurutnya kewirausahaan adalah berfikir dan bertindak sesuatu yang baru atau berfikir sesuatu yang lama dengan cara-cara baru. Menurut Zimmerer dalam buku yang ditulis Suryana (2003 : 24) dengan judul buku “Entrepreneurship And The New Venture Formation”, mengungkapkan bahwa ide-ide kreativitas sering muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang lama dan berfikir sesuatu yang baru dan berbeda. Oleh karena itu kreativitas adalah menciptakan sesuatu dari yang asalnya tidak ada (generating something from nothing). Inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persolan-persolan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan (inovation isthe ability to apply creative solutions to those problems ang opportunities to enhance or to enrich people’s live). “Sometimes creativity involves generating something from nothing. However, creativity is more likely to result in colaborating on the present, in putting old things together in the new ways, or in taking something away to create something simpler or better”. Dari definisi diatas, kreativitas mengandung pengertian, yaitu :
1. Kreativitas adalah menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada.
2. Hasil kerjasama masa kini untuk memperbaiki masa lalu dengan cara baru.
3. menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana dan lebih baik.
Menurut Zimmerer(1996:7), “creativity ideas often arise when entrepreuneurs look at something old and think something new or different”. Ide-ide kreativitas sering muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang lama dan berpikir sesuatu baru dan berbeda. Oleh karena itu kreativitas adalah nenciptakan sesuatu dari yang asalnya tidak ada (generating something from nothing). Rahasia kewirausahaan adalah dalam menciptakan nilai tambah barang dan jasa terletak pada penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan meraih peluang yang dihadapi tiap hari (applying creativity and inovation to solve the problems and to exploit opportunities that people face every day). Berinisiatif ialah mengerjakan sesuatu tanpa menunggu perintah. Kebiasaan berinisiatif akan melahirkan kreativitas (daya cipta) setelah itu melahirkan inovasi. Menurut Zimmerer ada tujuh langkah proses berpikir kreatif dalam kewirausahaan, yaitu:
Tahap 1: Persiapan (Preparation)
Tahap 2: Penyelidikan (Investigation)
Tahap 3: Transformasi (Transpormation)
Tahap 4: Penetasan (Incubation)
Tahap 5: Penerangan (Illumination)
Tahap 6: Pengujian (Verification)
Tahap 7: Implementasi (Implementation)
4 Memiliki Perilaku Inovatif Tinggi
Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi tidaklah sesulit yang dibayangkan banyak orang, karena setiap orang dalam belajar berwirausaha. Menurut Poppy King, wirausaha muda dari Australia yang terjun ke bisnis sejak berusia 18 tahun, ada tiga hal yang selalu dihadapi seorang wirausaha di bidang apapun, yakni: pertama, obstacle (hambatan); kedua, hardship (kesulitan); ketiga, very rewarding life (imbalan atau hasil bagi kehidupan yang memukau). Sesungguhnya kewirausahaan dalam batas tertentu adalah untuk semua orang. Mengapa? cukup banyak alasan untuk mengatakan hal itu. Pertama, setiap orang memiliki cita-cita, impian, atau sekurang-kurangnya harapan untuk meningkatkan kualitas hidupnya sebagai manusia. Hal ini merupakan semacam “intuisi” yang mendorong manusia normal untuk bekerja dan berusaha. “Intuisi” ini berkaitan dengan salah satu potensi kemanusiaan, yakni daya imajinasi kreatif. Karena manusia merupakan satu-satunya mahluk ciptaan Tuhan yang, antara lain, dianugerahi daya imajinasi kreatif, maka ia dapat menggunakannya untuk berpikir. Pikiran itu dapat diarahkan ke masa lalu, masa kini, dan masa depan. Dengan berpikir, ia dapat mencari jawabanjawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penting seperti: Dari manakah aku berasal? Dimanakah aku saat ini? Dan kemanakah aku akan pergi? Serta apakah yang akan aku wariskan kepada dunia ini? 
Dalam buku Berwirausaha Dari Nol telah dapat disampaikan bahwa mereka:
1. digerakkan oleh ide dan impian,
2. lebih mengandalkan kreativitas,
3. menunjukkan keberanian,
4. percaya pada hoki, tapi lebih percaya pada usaha nyata,
5. melihat masalah sebagai peluang,
6. memilih usaha sesuai hobi dan minat,
7. mulai dengan modal seadanya,
8. senang mencoba hal baru,
9. selalu bangkit dari kegagalan, dan
10. tak mengandalkan gelar akademis.
Sepuluh kiat sukses itu pada dasarnya sederhana, tidak memerlukan orang-orang yang luar biasa. Orang dengan IQ tinggi, sedang, sampai rendah dapat (belajar) melakukannya.
5. Selalu Komitmen dalam Pekerjaan, Memiliki Etos Kerja dan Tanggung Jawab
Seorang wirausaha harus memiliki jiwa komitmen dalam usahanya
dan tekad yang bulat didalam mencurahkan semua perhatianya pada usaha yang akan digelutinya, didalam menjalankan usaha tersebut
seorang wirausaha yang sukses terus memiliki tekad yang mengebu-gebu
dan menyala-nyala (semangat tinggi) dalam mengembangkan usahanya,
ia tidak setengah-setengah dalam berusaha, berani menanggung resiko,
bekerja keras, dan tidak takut menghadapi peluang-peluang yang ada
dipasar. Tanpa usaha yang sungguh-sunguh terhadap pekerjaan yang
digelutinya maka wirausaha sehebat apapun pasti menemui jalan
kegagalan dalam usahanya. Oleh karena itu penting sekali bagi seorang
wirausaha untuk komit terhadap usaha dan pekerjaannya.
6 Mandiri atau Tidak Ketergantuangan
Sesuai dengan inti dari jiwa kewirausahaan yaitu kemampuan
untuk menciptakan seuatu yang baru dan berbeda (create new and
different) melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk
menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup, maka
seorang wirausaha harus mempunyai kemampuan kreatif didalam
mengembangkangkan ide dan pikiranya terutama didalam menciptakan
peluang usaha didalam dirinya, dia dapat mandiri menjalankan usaha
yang digelutinya tanpa harus bergantung pada orang lain, seorang
wirausaha harus dituntut untuk selalu menciptakan hal yang baru
dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber yang ada disekitarnya,
mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru,
menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru
yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan
menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.
7 Berani Menghadapi Risiko
Richard Cantillon, orang pertama yang menggunakan istilah
entrepreneur di awal abad ke-18, mengatakan bahwa wirausaha adalah
seseorang yang menanggung risiko. Wirausaha dalam mengambil
tindakan hendaknya tidak didasari oleh spekulasi, melainkan perhitungan
yang matang. Ia berani mengambil risiko terhadap pekerjaannya karena
sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu, wirausaha selalu berani mengambil
risiko yang moderat, artinya risiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan
tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi risiko yang didukung
komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari
peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan
objektif, dan merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran
kegiatannya (Suryana, 2003 : 14-15).
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan
salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau
mengambil risiko akan sukar memulai atau berinisiatif. Menurut Angelita S.
Bajaro, “seorang wirausaha yang berani menanggung risiko adalah orang
yang selalu ingin jadi pemenang dan memenangkan dengan cara yang
baik” (Yuyun Wirasasmita, dalam Suryana, 2003 : 21). Wirausaha adalah
orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk
lebih mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang
menantang. Oleh sebab itu, wirausaha kurang menyukai risiko yang
terlalu rendah atau terlalu tinggi. Keberanian untuk menanggung risiko
yang menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan risiko yang penuh
dengan perhitungan dan realistis. Kepuasan yang besar diperoleh apabila
berhasil dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara realistis. Wirausaha
menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada tantangan, dan
menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil.
8 Selalu Mencari Peluang
Esensi kewirausahaan yaitu tanggapan yang positif terhadap
peluang untuk memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau
pelayanan yang lebih baik pada pelanggan dan masyarakat, cara yang
etis dan produktif untuk mencapai tujuan, serta sikap mental untuk
merealisasikan tanggapan yang positif tersebut. Pengertian itu juga
menampung wirausaha yang pengusaha, yang mengejar keuntungan
secara etis serta wirausaha yang bukan pengusaha, termasuk yang
mengelola organisasi nirlaba yang bertujuan untuk memberikan
pelayanan yang lebih baik bagi pelanggan/masyarakat.
9 Memiliki Jiwa Kepemimpinan
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat
kepemimpinan, kepeloporan dan keteladanan. Ia selalu ingin tampil
berbeda, lebih dahulu, lebih menonjol. Debgan menggunakan
kemampuan kreativitas dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan
jasa-jasa yang dihasilkanya lebih cepat, lebih dahulu dan segera berada
dipasar. Ia selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga ia menjadi pelopor yang baik dalam proses produksi maupun
prmasaran. Ia selalu memamfaatkan perbedaan sebagai suatu yang
menambah nilai. Karena itu, perbedaan bagi sesorang yang memiliki jiwa
kewirausahaan merupakan sumber pembaharuan untuk menciptakan
nilai. Ia selalu ingin bergaul untuk mencari peluang, terbuka untuk
menerima kritik dan saran yang kemudian dijadikan peluang. Leadership
Ability adalah kemampuan dalam kepemimpinan. Wirausaha yang
berhasil memiliki kemampuan untuk menggunakan pengaruh tanpa
kekuatan (power), seorang pemimpin harus memiliki taktik mediator dan
negotiator daripada diktaktor.
Semangat, perilaku dan kemampuan wirausaha tentunya
bervariasi satu sama lain dan atas dasar itu wirausaha dikelompokkan
menjadi tiga tingkatan yaitu: Wirausaha andal, Wirausaha tangguh,
Wirausaha unggul. Wirausaha yang perilaku dan kemampuannya lebih
menonjol dalam memobilisasi sumber daya dan dana, serta
mentransformasikannya menjadi output dan memasarkannya secara
efisien lazim disebut Administrative Entrepreneur. Sebaliknya, wirausaha
yang perilaku dan kemampuannya menonjol dalam kreativitas, inovasi
serta mengantisipasi dan menghadapi resiko lazim disebut Innovative
Entrepreneur.
10 Memiliki Kemampuan Manajerial
Salah satu jiwa kewirausahaan yang harus dimiliki seorang
wirausaha adalah kemampuan untuk memanagerial usaha yang sedang
digelutinya, seorang wirausaha harus memiliki kemampuan perencanaan
usaha, mengorganisasikan usaha, visualisasikan usaha, mengelola usaha
dan sumber daya manusia, mengontrol usaha, maupun kemampuan
mengintergrasikan operasi perusahaanya yang kesemuanya itu adalah
merupakan kemampuan managerial yang wajib dimiliki dari seorang wirausaha, tanpa itu semua maka bukan keberhasilan yang diperoleh
tetapi kegagalan uasaha yang diperoleh.
11 Memiliki Kerampilan Personal
Wirausahawan Andal. Wirausahawan andal memiliki ciri-ciri
dan cara-cara sebagai berikut:
Pertama Percaya diri dan mandiri yang tinggi untuk mencari
penghasilan dan keuntungan melalui usaha yang dilaksanakannya.
Kedua, mau dan mampu mencari dan menangkap peluang yang
menguntungkan dan memanfaatkan peluang tersebut.
Ketiga, mau dan mampu bekerja keras dan tekun untuk menghasilkan
barang dan jasa yang lebih tepat dan effisien.
Keempat, mau dan mampu berkomunikasi, tawar menawar dan
musyawarah dengan berbagai pihak, terutama kepada pembeli.
Kelima, menghadapi hidup dan menangani usaha dengan terencana,
jujur, hemat, dan disiplin.
Keenam, mencintai kegiatan usahanya dan perusahaannya secara
lugas dan tangguh tetapi cukup luwes dalam melindunginnya.
Ketujuh, mau dan mampu meningkatkan kapasitas diri sendiri dan
kapasitas perusahaan dengan memanfaatkan dan memotivasi orang lain
(leadership/ managerialship) serta melakukan perluasan dan
pengembangan usaha dgn resiko yang moderat.
Faktor-faktor Yang Menyebabkan Kegagalan Wirausaha
Menurut Zimmerer (dalam Suryana, 2003 : 44-45) ada beberapa
faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha
barunya:
1. Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak
memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha
merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan
kurang berhasil.
2. Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan
mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber daya manusia,
maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.
3. Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat
berhasil dengan baik, faktor yang paling utama dalam keuangan
adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan
penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas
akan menghambat operasional perusahan dan mengakibatkan
perusahaan tidak lancar.
4. Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari
suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan
mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
5. Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis
merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar
beroperasi karena kurang efisien.
6. kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan erat kaitannya
dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan dapat
mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
7. Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang
setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha
yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah
hati, kemungkinan gagal menjadi besar.
8. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi
kewirausahaan. Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan
melakukan perubahan, tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil.
Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila
berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan
setiap waktu.